Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kebosanan, Kepercayaan Diri, dan Pencarian Ketenangan di Lingkungan Baru

Sabtu, 13 Desember 2025 | 03:19 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-13T11:21:48Z

Manado, Kapiwuunews.org - Perpindahan ke lingkungan baru terutama hidup di tanah rantau bukan sekadar soal jarak geografis, tetapi juga perjalanan batin. Banyak anak-anak Dogiyai dan Papua pada umumnya yang datang ke Manado dengan harapan besar, namun perlahan dihadapkan pada rasa kebosanan, kesepian, dan kebingungan dalam menyesuaikan diri. Diskusi yang berlangsung di As Dogiyai Manado menjadi ruang penting untuk membedah persoalan ini secara jujur dan ilmiah Asrama Dogiyai Manado  12 Desember 2025.


Topik utama diskusi menyoroti dua hal mendasar: penyebab utama kebosanan di lingkungan baru serta pengaruh negatif dan positif dari kesenangan dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi kelompok, sebagaimana disampaikan Marius Kegiye, bukan hanya sarana bertukar pendapat, tetapi latihan untuk “meringankan lidah” kita—keluar dari zona nyaman honai menuju ruang sosial yang lebih luas.


Kebosanan Berakar pada Rasa Kurang Percaya Diri.


Dari berbagai pandangan peserta, benang merah yang muncul adalah kurangnya kepercayaan diri dalam berkomunikasi. Alfret Kegou menegaskan bahwa keterbatasan komunikasi saat bertemu orang baru sering membuat seseorang merasa terasing. Yohanes Agapa menambahkan, rasa tidak percaya diri memengaruhi cara berbicara dan berdiskusi, sehingga seseorang memilih diam daripada berproses.


Lebih jauh, Yulison Kogi mengingatkan bahwa kurang percaya diri bukan hanya berdampak sosial, tetapi juga merugikan diri sendiri menunda pekerjaan, mengabaikan tanggung jawab, dan perlahan membenarkan keyakinan bahwa diri ini “tidak mampu”. Dalam kondisi seperti ini, kebosanan bukan sekadar rasa jenuh, melainkan tanda kegagalan adaptasi.


Theo Iyai menawarkan jalan sederhana namun bermakna: memulai dari orang terdekat—senior, tetangga, atau komunitas sendiri. Sapaan kecil dan senyuman adalah langkah awal adaptasi. Ketika kita mampu menyesuaikan diri di rantau, sejatinya kita sedang belajar membawa nilai-nilai dari kota asal untuk melangkah lebih jauh. Kunci yang ditekankan Marius dalam materinya sangat sederhana, namun berat untuk dijalani: sabar.


Kesenangan: Antara Pelarian dan Jerat.


Diskusi kemudian bergeser pada pengaruh negatif dan positif kesenangan. Delpian Dogomo mengingatkan bahwa kesenangan bersifat sementara dan bergantung pada faktor eksternal. Ketika kesenangan dikejar terus-menerus, ia berubah menjadi ketergantungan. Saat sumbernya hilang, ketenangan batin ikut runtuh.


Ham Degei menggambarkan ini sebagai siklus “puas dan hampa”: kepuasan sesaat yang segera digantikan kekosongan, lalu memaksa kita mencari kesenangan baru tanpa akhir. Paskalis Makai menegaskan bahwa kesenangan berlebihan dapat berubah menjadi sesuatu yang merusak.


Dampak nyatanya terlihat jelas. Yulison Kogi menyoroti kerusakan kesehatan akibat alkohol, makanan tidak sehat, dan gaya hidup pasif. Anselmus Pokuai mengingatkan risiko finansial dari gaya hidup konsumtif demi kesenangan sesaat. Semua ini menggerus ketenangan hidup secara perlahan.


Di sisi lain, beberapa peserta mengajak melihat persoalan ini lebih dalam. Marius K menilai pengejaran kesenangan sering menjadi distraksi dari refleksi diri dan pembangunan karakter. Jhon Agapa menekankan soal keterikatan—bahwa ketenangan sejati justru lahir dari kemampuan berdamai dengan keadaan, bukan bergantung pada hasil atau benda tertentu. Theo Iyai memperkuatnya dengan perspektif filosofis dan spiritual: banyak ajaran menempatkan hasrat sebagai akar penderitaan, dan pengendalian diri sebagai jalan menuju ketenangan.

Penutup

Diskusi ini menyadarkan kita bahwa kebosanan di lingkungan baru bukanlah takdir, melainkan sinyal untuk berproses. Ia lahir dari rasa takut, kurang percaya diri, dan kegagalan mengelola hasrat. Kebahagiaan sejati bukan tentang memaksimalkan kesenangan instan, tetapi menemukan keseimbangan—antara sosial dan refleksi diri, antara kesenangan dan ketenangan, antara honai dan dunia rantau.

Penulis: Wihaipai

×
Berita Terbaru Update