Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Opini: Alam Papua, Pulau Emas yang Sedang Menangis

Minggu, 19 Oktober 2025 | 17:58 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-20T00:58:12Z




Oleh: [Marten Dogomo]


Papua adalah tanah yang unik, tanah yang diberkati. Gunungnya menjulang, sungainya mengalir dengan tenang, dan di dalam perut buminya tersimpan emas, tembaga, serta kekayaan alam yang luar biasa. Banyak orang menyebut Papua sebagai pulau emas, dan memang benar di atas tanah ini Tuhan menaruh segala yang berharga. Namun pertanyaan pentingnya adalah siapa yang menjaga tanah ini hari ini?


Alam Papua sedang menangis. Bukan hanya karena hutan-hutannya ditebang, tetapi juga karena manusianya perlahan dimusnahkan oleh hal-hal yang datang dari luar. Banyak anak muda Papua meninggal bukan karena perang, melainkan karena racun perlahan minuman beralkohol oplosan, makanan dan minuman yang tidak sehat, serta penyebaran penyakit menular seperti HIV/AIDS yang menghantam komunitas tanpa belas kasih.


Lebih menyedihkan lagi, ketika kekerasan bersenjata masih menjadi wajah sehari-hari. Suara tembakan, operasi militer, dan ketakutan di tengah masyarakat menjadi kisah yang tak kunjung usai. Senjata api, yang seharusnya digunakan untuk melindungi, justru menjadi alat yang menimbulkan penderitaan. Di sisi lain, suara rakyat kecil yang meminta keadilan sering kali tidak terdengar di telinga kekuasaan.


Papua, tanah yang kaya ini, kini menjadi tempat di mana kekayaan alam diangkut keluar, tetapi penderitaan tetap tinggal di sini. Sementara perusahaan-perusahaan besar terus menambang emas, rakyat di sekitar tambang masih bergumul dengan air kotor, sekolah yang rusak, dan pelayanan kesehatan yang minim.


Apakah ini yang disebut kemajuan? 

Ataukah ini bentuk lain dari penjajahan yang dibungkus dengan nama pembangunan?


Kita tidak bisa terus diam. Papua bukan hanya tanah, tapi juga jiwa. Jiwa yang memiliki nilai, budaya, dan kehidupan yang harus dijaga. Jika alam Papua rusak, maka manusia Papua pun ikut mati perlahan. Jika manusia Papua kehilangan harapan, maka tanah ini akan menjadi sunyi tanpa nyanyian, tanpa tifa, tanpa tarian yang menjadi identitasnya.


Sudah saatnya semua pihak pemerintah, masyarakat, gereja, dan generasi muda berdiri bersama untuk menjaga alam dan manusia Papua. Hentikan racun yang membunuh dalam diam. Hentikan kekerasan yang membuat luka turun-temurun. Biarkan Papua bernapas sebagai tanah damai, bukan tanah darah dan air mata.


Karena di akhir nanti, kekayaan tidak akan dibawa mati. Yang akan diingat hanyalah: apakah kita pernah menjaga tanah yang Tuhan titipkan ini dengan cinta, atau kita biarkan ia hancur dalam keserakahan.

×
Berita Terbaru Update