Nabire, Kapiwuunews.org – Pelajar Kabupaten Dogiyai kembali menunjukkan bahwa kemenangan bukan sekadar soal gelar juara. Dengan berdiri gagah di panggung Festival Budaya Papua Tengah, mereka membuktikan bahwa menjadi Juara Satu juga berarti menjaga dan merawat warisan leluhur Pada 06 September 2025
Dalam ajang bergengsi tersebut, anak-anak Suku Mee dari Dogiyai tampil memukau lewat drama perkawinan adat berjudul “Onehai Mogehai”. Drama ini bukan sekadar pementasan seni, tetapi cermin dari identitas budaya yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Mee. Lewat tarian dan dialog berbahasa Mapia yang kental, para pelajar muda itu berhasil menghidupkan kembali tradisi luhur yang sarat filosofi kehidupan.
Sementara itu, Kepala sekolah SMP Negeri 1 Mapia, Fransiska Tagi, yang turut menjadi guru pendamping, menjelaskan proses pelatihan dilakukan secara intensif selama tiga minggu.
“Kami menyeleksi siswa dari beberapa sekolah, yakni SMA Negeri 1 Mapia, SMA Negeri 2 Dogiyai, SMK Negeri 1, dan SMK Negeri 2. Setelah seleksi, kami latih 20 siswa yang terpilih secara disiplin dan konsisten,” jelas Tagi.
Penampilan mereka semakin istimewa karena dibawakan oleh anak-anak yang masih sangat muda. Meski ada yang disebut “baru lahir kemarin”, kepiawaian mereka dalam melantunkan bahasa asli Mapia patut diapresiasi. Mereka bukan hanya tampil untuk menghibur, tetapi juga melawan arus modernisasi yang perlahan mengikis bahasa ibu dan adat istiadat.
Perkawinan adat Mee sendiri memiliki makna mendalam: bukan hanya penyatuan dua keluarga, melainkan juga sebuah ritual sakral yang menegaskan nilai persaudaraan, gotong royong, dan keharmonisan hidup. Melalui drama ini, generasi muda Dogiyai belajar memahami filosofi adat sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap jati diri mereka.
Ia menambahkan, meskipun Festival Budaya ini merupakan ajang untuk siswa SMA dan SMK, proses seleksi pendamping dilakukan di forum resmi bersama dinas dan kepala-kepala sekolah.
“Kepercayaan dari dinas menjadi motivasi besar bagi kami untuk membina anak-anak. Kami bangga mereka bisa tampil maksimal dan membawa pulang juara pertama,” ucapnya.
Festival Budaya Pelajar Papua Tengah merupakan agenda tahunan yang bertujuan melestarikan nilai-nilai budaya lokal melalui seni tari, musik, dan kreativitas siswa. Tahun ini, Dogiyai tampil memukau dalam lomba sendratari, menampilkan keaslian budaya lokal yang memikat perhatian juri dan penonton.
Salut patut diberikan kepada anak-anak Mapia yang berani tampil di hadapan publik dengan penuh percaya diri. Mereka telah memberi pesan kuat bahwa budaya bukan sekadar warisan, melainkan tanggung jawab untuk terus dijaga dan dihidupkan dari generasi ke generasi.
(**)