Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Rakyat Mapia Bersatu, Siap Selesaikan Batas Wilayah Adat.

Minggu, 08 Juni 2025 | 19:09 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-09T02:11:07Z

 











Nabire, Kapiwuunews.org – Persoalan tapal batas wilayah adat di kawasan Mapia kembali menjadi sorotan serius. Dalam sebuah seruan terbuka kepada seluruh masyarakat dari 14 distrik di Mapia, Ketua Tim Peduli Alam dan Manusia Mapia, Musa Boma Mapiha 777, mengajak seluruh elemen rakyat untuk bersatu dan menyelesaikan persoalan batas adat yang hingga kini belum tuntas. Pada 9 Juni 2025


Menurut Musa, wilayah Tota Mapia saat ini menjadi rebutan antara berbagai pihak, termasuk dari wilayah Meepago, Provinsi Papua Tengah, bahkan menjadi perhatian nasional dan dunia. Hal ini disebabkan oleh kekayaan sumber daya alam di wilayah tersebut yang masih utuh hingga 95 persen.


"Karena itulah semua komponen – pelajar, mahasiswa, petani, pemuda, pegawai, DPRK, DPRD, partai politik, dan Majelis Rakyat Papua (MRP) harus bersatu dan membentuk barisan bersama Tim Peduli Alam dan Manusia Mapia untuk menuntaskan batas tanah adat kita," tegas Musa.


Musa mengungkapkan, dua titik strategis akan menjadi prioritas pembangunan gapura batas wilayah adat, yakni:

  1. KM 21 Tanah Hitam Bukit Rindu, yang terletak di antara Kabupaten Nabire dan Distrik Topo Uwapa.

  2. Wilayah Degeidimi, yang juga mendesak untuk segera dibuatkan gapura dalam waktu dekat.

Pembangunan dua gapura ini diyakini akan mempertegas batas wilayah adat Mapia dan menghindari tumpang tindih klaim dari pihak luar.


Musa menekankan pentingnya persatuan di tengah masyarakat Mapia. Ia menghimbau agar seluruh warga mengesampingkan rasa dendam dan saling curiga. Bila ada persoalan, ia mendorong untuk diselesaikan melalui dialog terbuka.


"Kalau kita tidak bersatu dan tidak kerjakan hal ini, jangan berharap ada pihak luar yang akan datang menyelesaikannya. Ini adalah tanggung jawab kita," ujarnya.


Lebih lanjut, Musa memperingatkan adanya ancaman serius dari perusahaan-perusahaan ilegal yang saat ini telah mengepung wilayah Mapia, termasuk perusahaan kayu seperti Jadi Darma dan Jayanti Tiber. Ia menyebut, wilayah dari timur, barat, utara, hingga selatan sudah mulai terancam aktivitas perusakan lingkungan.


"Kalau kita diam, maka para pencuri kekayaan alam akan dengan leluasa menguasai tanah kita," tambahnya.


Sebagai penutup, Musa menyerukan kepada seluruh anak muda Mapia untuk tidak tinggal diam. Menurutnya, generasi muda adalah kontrol sosial dan memiliki peran penting dalam menjaga dan mempertahankan hak-hak adat.


×
Berita Terbaru Update