Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Potensi Tanaman Anggrek di Meepago yang Terlupakan

Sabtu, 07 Juni 2025 | 23:23 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-08T06:23:42Z






















Potensi Tanaman Anggrek di Meepago yang Terlupakan Photo Oleh : Marten Dogomo


Papua Tengah, Kapiwuunews.org – Di tengah maraknya perkembangan budaya modern dan arus globalisasi yang menyapu masuk hingga ke pelosok Papua, satu kekayaan budaya dan hayati khas wilayah Meepago kini perlahan terlupakan: tanaman anggrek penghasil serat untuk Noken Anggrek.


Noken Anggrek merupakan salah satu tas tradisional khas Papua yang unik dan bernilai tinggi, terutama di wilayah Meepago, yang mencakup kabupaten Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, dan Intan Jaya. Berbeda dengan noken lainnya, Noken Anggrek dibuat dari kulit kayu anggrek hutan yang berwarna kuning hingga hitam manis. Bahan langka ini kemudian diproses secara manual oleh para perempuan pengrajin menjadi benang, dililit dan dirangkai menjadi tas yang cantik dan penuh makna budaya.


Menurut Marten Dogomo, seorang tokoh muda asal Meepago, keberadaan Noken Anggrek tidak sekadar sebagai cendera mata, melainkan identitas kultural.


"Jika tidak membawa Noken Anggrek, sama saja tidak pernah ke Meepago. Dan jika tidak memakai Noken Anggrek, bukanlah orang Meepago sejati," tegas Marten.

 

Pernyataan ini menggambarkan betapa dalamnya nilai simbolik dan sosial yang melekat pada Noken Anggrek. Namun sayangnya, ketersediaan bahan baku alami dari anggrek hutan kini semakin sulit ditemukan, akibat deforestasi, kurangnya perlindungan terhadap habitatnya, dan minimnya regenerasi tanaman anggrek di alam liar.


Keunikan Noken Anggrek juga terletak pada tingkat kerumitan pembuatannya. Dibutuhkan waktu yang tidak singkat bahkan bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk menyelesaikan satu tas. Proses ini mencakup pencarian kulit kayu anggrek, pengeringan, pemintalan serat, hingga proses merajut yang membutuhkan keterampilan turun-temurun.


Sayangnya, belum ada perhatian serius dari pihak berwenang untuk melindungi tanaman anggrek endemik ini maupun mendukung regenerasi pengrajin lokal, terutama perempuan-perempuan adat yang menjadi tulang punggung pelestari budaya noken.


Padahal, jika dikelola dengan baik, Noken Anggrek bisa menjadi ikon etnik nasional yang bukan hanya memperkenalkan Papua ke mata dunia, tetapi juga menggerakkan ekonomi kreatif dan ekowisata berbasis budaya lokal.


Kini, pertanyaannya bukan hanya bagaimana menjaga agar tradisi pembuatan Noken Anggrek tetap hidup, tetapi juga bagaimana menyelamatkan tanaman anggrek itu sendiri dari kepunahan. Tanpa tanaman anggrek, noken khas Meepago bisa saja tinggal cerita.


(**)


×
Berita Terbaru Update