Anggota DPRK Komisi B Daniel Mumakapa Memperhatikan Dinas Perdagangan Diminta Serius Perhatikan Mama-Mama Papua yang Berjualan di Foto Daniel Kapiwuunews.org.
Nabire, Kapiwuunew.org – Keprihatinan kembali disuarakan oleh masyarakat atas kondisi Mama-Mama Papua yang masih harus berjualan di jalanan, bahkan di atas tanah leluhur mereka sendiri. Kondisi ini dinilai sangat memprihatinkan dan menyedihkan, terutama di wilayah Kabupaten Nabire yang kini menjadi Ibu Kota Provinsi Papua Tengah. pada Tanggal 05 Juni 2025
Anggota DPRK Kabupaten Nabire, Daniel Mumakapa, menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah mengumpulkan sejumlah data penting terkait persoalan tersebut. Data itu akan digunakan untuk mendukung upaya perlindungan dan penataan ruang usaha yang lebih adil bagi Mama-Mama Papua.
"Kami tidak hanya bicara soal pencurian ruang dan tempat, tetapi juga soal keadilan. Saat ini, banyak pendatang yang membuka kios sembako, tetapi di depan kios tersebut mereka juga menjual hasil bumi Papua seperti pinang. Ini menjadi bentuk persaingan yang tidak sehat," ujar Mumakapa.
Ia menyoroti praktik para pendatang yang menjual hasil bumi lokal di depan ruko dan toko-toko besar, terutama di Distrik Teluk Kimi dan sekitarnya. Hal ini menurutnya bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga menyentuh ranah keadilan sosial dan perlindungan terhadap pelaku usaha kecil asli Papua.
"Kami meminta kepada Dinas Perdagangan dan pihak-pihak terkait agar segera turun ke lapangan dan melakukan pengecekan langsung. Jangan hanya duduk di kantor," tegasnya.
Lebih jauh, masyarakat juga meminta agar Pemerintah Kabupaten Nabire menyediakan lebih banyak tempat sampah di setiap RT/RW. Kondisi kebersihan kota Nabire saat ini dinilai memprihatinkan, terutama di titik-titik seperti Terminal Oyehe dan Pasar Karang Tumaritis.
Warga mengusulkan agar kebersihan kota bisa melibatkan warga lokal, termasuk mereka yang biasa berada di lokasi umum dan terminal. "Orang-orang yang biasa nongkrong dan minum-minum di terminal itu bisa dilibatkan sebagai tenaga kebersihan. Ini bisa jadi solusi sosial juga," ujar salah satu warga.
Seruan ini menjadi refleksi bahwa pembangunan di Nabire sebagai ibu kota provinsi baru harus memperhatikan keadilan ekonomi dan keberpihakan terhadap warga asli Papua, khususnya Mama-Mama Papua yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga lewat jualan kecil-kecilan.
(**)