Dogiyai, Kapiwuunews.org - Setelah perusahaan ilegal tanpa izin resmi, TP. Zommalion Heavin Industri, masuk ke Wakiya, tepatnya di Kali Ibouwo, kekayaan alam yang menjadi milik rakyat Mapia, Papua, Indonesia, bahkan dunia, hancur dengan cepat. Perusahaan ini telah melukai tanah adat dan merusak keseimbangan ekosistem yang seharusnya menjadi warisan bagi generasi masa depan.
Lembaga adat Majelis Rakyat Papua Tengah (MRPT) di bawah pimpinan Ketua Agustinus Againbak langsung turun tangan ke lokasi untuk menghentikan operasi perusahaan tersebut. Sayangnya, upaya ini gagal. Tidak lama kemudian, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Dogiyai juga turun ke lokasi, namun hasilnya serupa. Meski legalitas perusahaan ini sudah jelas-jelas ilegal, langkah konkret untuk menghentikan aktivitasnya tak kunjung terlihat. Tidak ada tindakan tegas dari pemerintah, DPRD, MRPT, pihak kepolisian, maupun elemen pemerhati lingkungan hidup.
Di tengah ketiadaan keberpihakan dari institusi resmi, pemuda Mapia muncul sebagai garda terdepan. Dengan keberanian luar biasa, mereka melakukan perjalanan berat menuju lokasi di Kali Ibouwo Maida, menempuh perjalanan delapan hari penuh tantangan. Bahkan, dalam perjuangan ini, nyawa manusia menjadi taruhan. Sebastianus Degei, seorang pemuda pemberani, kehilangan nyawanya saat berjuang di Kali Digihoumaida pada 12 Desember 2024 pukul 02:24 WPB.
Perjuangan mereka bukan sekadar aksi simbolis, melainkan misi suci demi menyelamatkan tanah Mapia. Dengan segala pengorbanan, mereka melangkah atas nama Sang Khalik, demi manusia dan alam Mapia yang berharga.
Aksi nyata pemuda Mapia ini adalah sejarah yang akan terus dibicarakan. Mereka rela menderita hari ini demi memastikan anak cucu Mapia tidak menderita di masa depan. Keberanian mereka menggugah perhatian publik hingga akhirnya Penjabat Gubernur Papua Tengah, Ribka Haluk, memanggil para pemimpin daerah untuk bertemu di Guest House Jalan Merdeka, Nabire. Dalam pertemuan tersebut, keputusan penting diambil: tapal batas adat harus dihormati, dan aktivitas perusahaan ilegal dihentikan.
Kini, alam Wakiya bisa bernapas lega. Aktivitas perusahaan ilegal di sana telah berhenti. Namun, perjuangan belum berakhir. Jika ada pihak lain yang mencoba merusak alam ini lagi, pemuda Mapia di bawah Musa Boma siap kembali membela tanah adat mereka. Karena mereka percaya, manusia berasal dari tanah, hidup di atas tanah, dan wajib menjaga tanah sebagai warisan suci.
Tim Peduli Alam dan Manusia Kapiraya yang dipimpin oleh Musa Boma dan rekan-rekannya layak disebut sebagai pahlawan lingkungan. Pandangan pemerintah mungkin melihat mereka sebagai pengganggu, namun bagi alam dan manusia, mereka adalah penyelamat. Terima kasih juga disampaikan kepada rakyat Papua Tengah, Dogiyai, dan Mapia atas doa dan dukungan tanpa henti yang membuat perjuangan ini berhasil mencapai hasil yang diharapkan.
(**)