Paniai, Kapiwuunews.org — Danau Paniai bukan sekadar bentang alam yang indah di Papua Tengah. Danau ini merupakan sumber kehidupan, ruang ekonomi, sekaligus penopang budaya masyarakat Paniai. Namun, kondisi danau tersebut kini berada di bawah ancaman serius akibat perilaku membuang sampah sembarangan yang masih marak terjadi, khususnya di kawasan perkotaan seperti Enarotali dan Madi, Rabu (24/12/2025).
Rex Sapau Yeimo berharap persoalan sampah di Kabupaten Paniai tidak lagi dipandang sebagai masalah sepele yang sebatas urusan kebersihan kota. Menurutnya, dalam konteks geografis Paniai yang berada di dataran tinggi dan dikelilingi sistem aliran air menuju danau, sampah justru menjadi bom waktu ekologis. Sampah rumah tangga, terutama plastik, dengan mudah terbawa air hujan melalui selokan dan sungai-sungai kecil, lalu bermuara langsung ke Danau Paniai.
Dampak pencemaran ini mulai dirasakan oleh masyarakat yang selama ini menggantungkan kebutuhan hidup sehari-hari pada danau. Penurunan kualitas air menjadi ancaman nyata, sementara ekosistem danau juga terancam rusak. Ikan-ikan endemik yang menjadi sumber protein masyarakat berisiko mengonsumsi mikroplastik. Jika kondisi ini terus berlanjut, ancaman terhadap kesehatan manusia bukan lagi sekadar kemungkinan, melainkan keniscayaan.
Selain mencemari lingkungan, persoalan sampah juga memicu masalah lain seperti meningkatnya genangan dan banjir di kawasan perkotaan. Drainase yang tersumbat sampah menyebabkan air hujan tidak mengalir sebagaimana mestinya. Akibatnya, jalan-jalan tergenang, aktivitas warga terganggu, dan kualitas hidup masyarakat menurun. Ironisnya, kondisi ini terjadi bukan semata karena faktor alam, melainkan akibat perilaku manusia itu sendiri.
Dari sisi kesehatan, lingkungan yang dipenuhi sampah menciptakan ruang subur bagi berkembangnya berbagai penyakit. Sampah yang membusuk menjadi sarang lalat, tikus, dan kecoak yang merupakan vektor penyakit berbahaya. Masyarakat yang beraktivitas di sekitar danau dan aliran air yang tercemar juga rentan mengalami penyakit kulit. Dalam jangka panjang, beban kesehatan masyarakat akan semakin berat jika persoalan ini tidak segera ditangani.
Lebih jauh, keberadaan sampah turut merusak wajah Paniai yang selama ini dikenal memiliki panorama alam menawan dan dijuluki sebagai “Kota di Atas Awan.” Tumpukan sampah di pinggir jalan dan tepian danau bukan hanya merusak pemandangan, tetapi juga menggerus potensi wisata yang seharusnya dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat setempat.
Persoalan sampah di Paniai sejatinya mencerminkan rendahnya kesadaran lingkungan serta lemahnya tata kelola sampah. Pemerintah daerah tidak bisa berjalan sendiri dalam menangani masalah ini. Di sisi lain, masyarakat juga tidak dapat terus berlindung di balik alasan keterbatasan fasilitas. Diperlukan komitmen bersama melalui penyediaan sistem pengelolaan sampah yang memadai, edukasi lingkungan yang berkelanjutan, serta penegakan aturan yang tegas dan konsisten.
Jika tidak ada perubahan nyata, Danau Paniai perlahan akan kehilangan fungsinya sebagai sumber kehidupan. Pada akhirnya, dampak terberat akan dirasakan oleh generasi Paniai di masa depan. Sampah yang dibuang hari ini adalah krisis lingkungan yang akan diwariskan esok hari.
